Skip to main content

Varietas Anggur Tropika Indonesia

Anggur koleksi Badan Litbang Pertanian. Sumber : http:balitjestro
Anggur merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang bergizi dan mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Kulit buah anggur yang berwarna merah mempunyai potensi kandungan resveratrol yang mencapai 1,5 – 3 mg/liter. Balitjestro sebagai balai penelitian mempunyai koleksi plasma nutfah anggur yang lengkap di KP Banjarsari. Berbagai varietas baik yang sudah dilepas maupun yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dilepas ada disana. Untuk mengembangkan anggur Ka Balitjestro memberikan tugas kepada peneliti untuk meneliti varietas anggur yang mempunyai keunggulan untuk segera didaftarkan untuk pelepasan varietas agar lebih fokus dalam pengembangannya di masyarakat terutama petani.

Peneliti anggur sampai dengan saat ini dengan kegiatan utamanya masih sebatas pengelolaan sumber daya genetik (SDG) anggur yang telah ada di Kebun Percobaan Banjarsari Probolinggo sejak tahun 1956. Pada tahun 1956 tentu saja Balitjestro belum ada. Pengelolaan SDG anggur dilakukan oleh beberapa instansi yang berganti-ganti sampai pada tahun 2002 dibawah Loka Penelitian Tanaman Jeruk (Lolit jeruk) yang pada tahun 2006 menjadi Balitjestro.

Sebelum dibawah Lolitjeruk telah terjadi erosi genetik yang cukup besar karena pada tahun 2002 koleksi yang ada hanya ada 34 aksesi sementara telah tercatat sebelumnya koleksi mencapai 90-an aksesi (beberapa berita bisa disearching). Kematian-kematian aksesi tersebut diduga karena serangan hama dan penyakit (aksesi yang mati merupakan aksesi yang rentan penyakit). Selain itu daya adaptasi yang rendah di daerah tropis diduga menjadi penyebab kematian aksesi-aksesi tersebut. Salah satu aksesi mati dan tidak ada lagi dalam koleksi kami adalah Gros Colman.

Sedikit mengulas tentang istilah BS yang digunakan dalam pengelolaan SDG anggur. BS bukanlah nama tetapi BS merupakan kode aksesi. Istilah aksesi dan kode (nomor) aksesi digunakan dalam pengelolaan SDG. Nomor aksesi yang digunakan dalam pengelolaan SDG anggur dahulu adalah Bs (singkatan dari Banjarsari, nama kebun anggur di Probolinggo) diikuti penomoran berdasarkan urutan masuknya koleksi di kebun. Jadi BS 1,2,3 dan seterusnya sebenarnya nomor urutan masuknya koleksi dan bukannya memberikan nama baru. Sementara ini sedang diupayakan untuk menerbitkan nomor aksesi yang baru sesuai dengan kesepakatan dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Selanjutnya dari beberapa koleksi yang ada dan telah diuji keunggulannya, telah dilepas atau didaftarkan varietas sebanyak 9 varietas. Tujuan dari pendaftaran atau pelepasan varietas antara lain : Legalitas perbenihan, yaitu mengikuti UU no 13 tahun 2010 dan PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011. Penamaan varietas dilakukan sesuai dengan ketentuan pendaftaran varietas tanpa meninggalkan sejarah asal namanya. Varietas yang telah didaftarkan dapat diperjualbelikan melalui sertifikasi benih sehingga benih yang diperjualbelikan merupakan benih legal. Varietas anggur yang telah didaftarkan sebagai varietas unggul pada dasarnya merupakan varietas yang telah beradaptasi lama di Indonesia dan selama kurun waktu tersebut telah teruji keunggulannya misal dalam hal produksi atau rasa buahnya.


Jestro Ag5 Calon Varietas Unggul yang Siap Dikembangkan

Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan tim plasma nutfah banyak aksesi anggur yang rasanya cenderung asam dan tidak enak bila dimakan sebagai buah meja. Namun demikian, anggur-anggur tersebut berpotensi sebagai bahan baku olahan dan salah satunya sebagai bahan baku jus dan sirup. Salah satu varietas yang saat ini akan dilepas adalah Jestro Ag5. Anggur Jestro Ag5  merupakan jenis anggur yang rajin berbuah, bahkan saat musim hujan. Kelemahan dari varietas ini adalah tandan buah yang pendek, sehingga berdampak pada produksi buah yang relatif rendah. Namun demikian produksi buah anggur Jestro Ag5 dapat ditingkatkan dengan budidaya yang optimal.

Anggur calon varietas Jestro Ag5  mempunyai keunggulan pada warna jus buah merah keunguan dengan aroma yang tajam sehingga berpotensi sebagai bahan baku minuman jus, sirup dan bahan baku industri lainnya. Jus anggur ditemukan berhasil menekan pertumbuhan sel kanker kanker payudara (Anonim, 2008). Selain itu jus segar dan jus komersial merupakan sumber antioksidan fenolic yang dapat berperan mencegah atherosclerosis dan serangan jantung koroner (Anonim,1998).

Potensi ekonomis juga merupakan salah satu keunggulan anggur Jestro Ag5 ini, jika petani mengupayakan  budidaya seluas 1ha, dengan tanaman  umur 5 tahun dengan asumsi produksi per pohon 10  kg per pohon dengan harga jual  saat panen Rp.10.000,-  maka pendapatan kotornya sebesar   Rp 60.000.000,-. Pendapatan ini akan meningkat apabila buah anggur jestro Ag5 dimanfaatkan sebagai bahan baku jus atau sirup. Untuk melihat tingkat kesukaan konsumen terhadap jus anggur dilakukan uji preferensi konsumen terhadap beberapa buah anggur yang di jus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsumen menyukai jus yang beraroma tajam daripada yang tidak beraroma. Dengan hasil seperti ini menunjukkan bahwa anggur Ag5 mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan



Sentra Anggur di Indonesia

Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur ( Kediri, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT). Bali sampai ke NTB dan NTT sebenarnya potensial sebagai kawasan pengembangan anggur.  Kawasan ,Tegal, Ambarawa dan beberapa kota di Pantura sudah sejak jaman Belanda sudah  mengembangkan anggur “buah” jenis Isabella,  hasilnya cukup baik. Isabella juga pernah dikembangkan di Palu, Sulteng dengan hasil sebaik anggur impor, namun pengembangan anggur di Palu ini terhenti karena kendala pemasaran. Selain kendala pemasaran, Anggur Probolinggo dan Bali  tidak berkembang karena merupakan anggur wine.

Indonesia sebenarnya juga punya koleksi puluhan jenis anggur,  baik untuk buah segar, wine maupun kismis, yang berlokasi  di Kebun Percobaan Banjarsari, Pasuruan. Jadi pengembangan buah ini sebenarnya sangat strategis, sumber bibitnya ada, agroklimatnya mendukung, pasarnya juga ada. Paling tidak untuk subtitusi anggur impor. Dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negeri tropis sebenarnya juga punya beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya. Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan kawasan sub tropis. Kalau di kawasan sub tropis hasil optimal anggur bisa mencapai 20 ton per hektar per tahun, maka di negeri kita hanya separonya. Tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa sekali dalam setahun. Dan di Indonesia  bisa hampir tiga kali,  dan saat panennya bisa di atur  sepanjang tahun.

Kalau umur panen anggur 105 hari semenjak pemangkasan daun, maka dalam setahun (365 hari) logikanya bisa panen 3 kali. Namun anggur menuntut masa istirahat 20 hari setelah habis panen sampai saat pemangkasan. Hingga total dalam 375 hari (setahun lebih 10 hari) kita akan panen anggur sebanyak tiga kali. Jadi kalau kita menghitung produktifitas per hektar per musim tanam, kita kalah dengan negeri sub tropis. Tetapi kalau kita menghitung tingkat produktifitas per hektar per tahun, maka anggur kita lebih produktif. Sebab dalam tenggang waktu 375 hari tersebut, rata-rata kita akan menghasilkan 30 ton anggur dalam tiga kali panen,  dengan catatan lahan yang kita tanami anggur merupakan lahan berpengairan teknis. Bisa berupa sawah atau lahan kering yang diberi sarana pengairan baik. Aplikasi pemupukan, baik organik maupun anorganik juga harus cukup. Sebab kalau tidak, tingkat produktifitasnya akan terus menurun hingga kurang dari 10 ton per hektar per musim panen.
Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur ( Kediri, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT). Bali sampai ke NTB dan NTT sebenarnya potensial sebagai kawasan pengembangan anggur.  Kawasan ,Tegal, Ambarawa dan beberapa kota di Pantura sudah sejak jaman Belanda sudah  mengembangkan anggur “buah” jenis Isabella,  hasilnya cukup baik. Isabella juga pernah dikembangkan di Palu, Sulteng dengan hasil sebaik anggur impor, namun pengembangan anggur di Palu ini terhenti karena kendala pemasaran. Selain kendala pemasaran, Anggur Probolinggo dan Bali  tidak berkembang karena merupakan anggur wine.

Indonesia sebenarnya juga punya koleksi puluhan jenis anggur,  baik untuk buah segar, wine maupun kismis, yang berlokasi  di Kebun Percobaan Banjarsari, Pasuruan. Jadi pengembangan buah ini sebenarnya sangat strategis, sumber bibitnya ada, agroklimatnya mendukung, pasarnya juga ada. Paling tidak untuk subtitusi anggur impor. Dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negeri tropis sebenarnya juga punya beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya. Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan kawasan sub tropis. Kalau di kawasan sub tropis hasil optimal anggur bisa mencapai 20 ton per hektar per tahun, maka di negeri kita hanya separonya. Tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa sekali dalam setahun. Dan di Indonesia  bisa hampir tiga kali,  dan saat panennya bisa di atur  sepanjang tahun.

Kalau umur panen anggur 105 hari semenjak pemangkasan daun, maka dalam setahun (365 hari) logikanya bisa panen 3 kali. Namun anggur menuntut masa istirahat 20 hari setelah habis panen sampai saat pemangkasan. Hingga total dalam 375 hari (setahun lebih 10 hari) kita akan panen anggur sebanyak tiga kali. Jadi kalau kita menghitung produktifitas per hektar per musim tanam, kita kalah dengan negeri sub tropis. Tetapi kalau kita menghitung tingkat produktifitas per hektar per tahun, maka anggur kita lebih produktif. Sebab dalam tenggang waktu 375 hari tersebut, rata-rata kita akan menghasilkan 30 ton anggur dalam tiga kali panen,  dengan catatan lahan yang kita tanami anggur merupakan lahan berpengairan teknis. Bisa berupa sawah atau lahan kering yang diberi sarana pengairan baik. Aplikasi pemupukan, baik organik maupun anorganik juga harus cukup. Sebab kalau tidak, tingkat produktifitasnya akan terus menurun hingga kurang dari 10 ton per hektar per musim panen.

Kawasan-kawasan yang potensi  untuk anggur  adalah Flores, dan Timor Barat,  kawasan Bali utara (sekitar Singaraja) dan Pasuruan serta Probolinggo yang selama ini dikenal sebagai sentra anggur, juga memiliki udara kering dan suhu udara yang panas. sinar matahari di kawasan ini relatif cukup. Beda dengan di NTT yang panjang panas mataharinya bisa mencapai 6 jam per hari di musim hujan dan 10,5 jam di musim kemarau,  masih ditambah lagi, musim penghujan di NTT hanya sekitar 3 bulan. Panas matahari ini sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman anggur. Lembah-lembah penghasil anggur di Perancis panjang harinya di musim panas mencapai 17 jam per hari. Ditambah dengan faktor suhu dan kelembapan udara, angin dan struktur tanah maka kawasan ini menjadi penghasil anggur terbaik di dunia.



Kawasan-kawasan yang potensi  untuk anggur  adalah Flores, dan Timor Barat,  kawasan Bali utara (sekitar Singaraja) dan Pasuruan serta Probolinggo yang selama ini dikenal sebagai sentra anggur, juga memiliki udara kering dan suhu udara yang panas. sinar matahari di kawasan ini relatif cukup. Beda dengan di NTT yang panjang panas mataharinya bisa mencapai 6 jam per hari di musim hujan dan 10,5 jam di musim kemarau,  masih ditambah lagi, musim penghujan di NTT hanya sekitar 3 bulan. Panas matahari ini sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman anggur. Lembah-lembah penghasil anggur di Perancis panjang harinya di musim panas mencapai 17 jam per hari. Ditambah dengan faktor suhu dan kelembapan udara, angin dan struktur tanah maka kawasan ini menjadi penghasil anggur terbaik di dunia.


Sumber Artikel balitjestro


Comments

Postingan Lain

Anggur Isabella

Anggur Isabella, seindah namanya lambang cinta dua dunia, mengapa kita berjumpa namun akhirnya berpisah... kata ini bukan sekedar menjiplak syair lagu malaysia tahun 90 an, tapi memang beginilah nasib pada umumnya penanam anggur jenis Isabela.  Seperti kisah cinta yang diawali dengan hati yang menggebu-gebu akan keinginan untuk menanam anggur, hati bahagia mengiringi pertumbuhan pucuk-pucuk muda yang semakin figur. Beragam pupuk diberikan sesuai kebutuhan si Isabela, hari demi hari, bulan demi bulan dan tibalah masa pembungaan dan berbuah. Teringat kata-kata si penjual, ini anggur hijau, dari awal pembentukan buah, sudah terlihat warna hijau. sebulan kemudia, hati mulai bertanya, mengapa begitu lama buah ini matang, dipetiklah sebiji dari tandan yang tak begitu lebat. Saat buah digigit dan daging buah menyentuh lidah.. cuih.., ludah pertama di sembur... hahaha.. Hati mulai merasa bersalah, belum saatnya dipetik, buah masih mentah,.. bulan ke dua pun tiba, dan kisah awal bul

Penyebab Pecah Buah Pada Buah Anggur

Pecah Buah akibat Serangan Jamur Powdery Mildew (Embung Tepung) (Sumber : University of Georgia Plant Pathology Archive, University of Georgia, Bugwood.org) Apa sebenarnya penyebab buah anggur pecah..?  Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya pecah buah yaitu kelembaban tanah, kelembaban udara, cahaya dan suhu (Maboko, 2006). Masarirambi et al. (2009) melaporkan bahwa pecah buah biasanya terjadi dengan cepat ketika terdapat banyak air dan suhu yang tinggi, khususnya terjadi ketika memasuki periode stres. Hal ini sering dialami oleh para pembudidaya tanaman buah anggur, dan tentunya kondisi buah yang demikian sangatlah merugikan petani.  Penyebab pasti buah anggur yang retak/pecah terbuka masih saat ini masih dalam perdebatan, namun mayoritas berpendapat hal ini disebabkan oleh sistem irigasi/pengairan. Bisa jadi disebabkan oleh kelebihan air atau bahkan kekurangan air. Pada prinsipnya, tanaman buah anggur dapat beradaptasi dengan kondisi minim air, namun b

Mengenal Skala Brix, Skala Kemanisan Buah

Sekian lama kita membahas masalah Anggur, cara budidaya, cara semai, pembuahan dan lainnya. Mungkin kali ini kita akan membahas masalah yang masih berhubungan dengan anggur, yaitu skala kemanisan buah. Mengenal Skala Brix, Skala Kemanisan Buah : Refractometer brix digital Mengenal Skala Brix, Skala Kemanisan Buah Ya, itulah bahasan kita hari ini.. Apa itu Brix? Brix merupakan unit pengukur kemanisan gula di dalam cairan (liquid). Satuan Brix yang digunakan ialah derajat Brix, Brix, %Brix. Skala Brix ditemukan oleh  Ilmuwan Jerman, Adolf Ferdinand W Brix (1798-1870) di tahun 1870.  1% Brix setara dengan 1 gram gula sukrosa di dalam 100 gram air. Jadi, semakin tinggi nilai Brix, semakin tinggi kualitas dan tingkat kemanisan buah-buahan/ sayuran tersebut. Jadi kalau kita membaca spesifikasi varian buah anggur, biasanya tercantum skala brix dari buah anggur tersebut. sebagai contoh salah satu postingan dengan kalimat seperti dibawah ini : Ougyoku, yang berasal